Dari Layar Game ke Sudut Kamar Estetik
Cerita ini datang dari Nadya, seorang freelance illustrator yang tinggal di sebuah kamar kos minimalis di Sleman, Yogyakarta. Waktu pandemi menyerang dan proyek ilustrasi mulai seret, Nadya menemukan hiburan baru: game Starlight Princess di UJI77. Awalnya hanya untuk mengisi waktu, tapi lama-lama berubah jadi semacam pelarian—kadang bikin deg-degan, kadang bikin senyum-senyum sendiri tengah malam.
Tapi yang menarik dari kisah Nadya bukan soal game-nya. Melainkan gimana dia mengubah “kecanduan” itu jadi ritual produktif. Dari layar game yang penuh warna, ke halaman jurnal malam yang rapi, hingga sudut kamar impian lengkap dengan meja kayu jati langka—yang dulunya cuma ada di papan Pinterest.
“Aku Main, Tapi Aku Catat”: Ritual Malam yang Beda
Nadya bukan tipe gamer yang asal spin dan berharap hoki. Setiap sesi main selalu diiringi satu kebiasaan aneh tapi powerful—dia nulis jurnal. Bukan sekadar mencatat kemenangan, tapi juga perasaan. “Hari ini main jam 21.00, scatter keluar di menit ke-7, mood: lumayan tenang, pikiran agak kacau habis debat di WA grup,” tulisnya di salah satu catatan yang dia share ke komunitas.
Jurnal ini jadi semacam alat untuk memahami pola—bukan cuma pola game, tapi juga pola dirinya sendiri. Kapan dia lebih sabar, kapan impulsif. Kapan cuan datang, dan kapan dia harus berhenti. Dari sana dia belajar bahwa main game bukan soal keberuntungan aja, tapi juga soal mengenal diri sendiri.
Meja Kayu Jati Langka: Simbol Proses dan Mimpi yang Tercapai
Dalam salah satu entry jurnalnya, Nadya pernah tulis mimpi kecil: punya sudut kerja sendiri yang estetik, lengkap dengan meja kayu jati solid—yang warnanya hangat dan permukaannya halus, seperti yang dia lihat di YouTube channel “cabin vlog” favoritnya. Tapi waktu itu, dia sadar betul, “Harga satu meja bisa sama dengan gaji sebulan lebih.”
Namun perlahan, dengan penghasilan tambahan dari kemenangan kecil-kecilan di Starlight Princess (yang dia atur ketat dengan batas harian), ditambah hasil komisi ilustrasi yang mulai stabil lagi, dia mulai sisihkan tabungan khusus: “Project Meja Impian.” Dan akhirnya, di bulan keempat, dia beli satu meja handmade dari pengrajin lokal, ukuran pas, dengan tekstur serat yang bikin hati adem tiap ngelihat.
“Aku nggak beli cuma buat gaya-gayaan. Meja ini jadi simbol, bahwa aku bisa punya sesuatu bukan karena instan, tapi karena proses yang aku jaga tiap malam,” tulisnya dalam caption foto kamar barunya di Instagram.
Main Sehat, Hidup Seimbang
Salah satu alasan kenapa kisah Nadya viral di komunitas UJI77 adalah karena dia ngajarin cara main yang seimbang. Bukan anti game, tapi tahu batas. Dia bikin aturan: maksimal 45 menit per sesi, nggak lebih dari 3 kali seminggu. Kalau lagi overthinking atau kecapekan, dia malah sengaja nggak main.
Yang dia fokusin justru refleksi setelah main—apa yang bisa dia pelajari, apakah emosinya stabil, apakah keputusannya selama main didasarkan logika atau dorongan. Dari situ, dia bisa tetap jernih dan bahkan makin kreatif di pekerjaan utama sebagai ilustrator.
Refleksi: Jurnal, Game, dan Seni Menemukan Diri Sendiri
Kisah Nadya mengingatkan kita bahwa kadang jalan menuju versi terbaik dari diri kita nggak selalu lewat buku motivasi atau workshop pengembangan diri. Kadang, itu datang dari kebiasaan kecil yang kita rawat dengan sadar—entah itu main game, nulis jurnal, atau mimpi soal meja kayu estetik.
Kita semua butuh pelarian. Tapi bedanya, apakah pelarian itu membuat kita makin hilang arah, atau justru membawa kita lebih dekat ke jati diri. Nadya memilih yang kedua. Dengan game sebagai teman malam, jurnal sebagai kompas, dan meja kayu sebagai bukti nyata bahwa setiap proses, sekecil apa pun, layak dirayakan.
Jadi kalau kamu merasa stuck, nggak usah buru-buru merasa salah arah. Coba lihat ulang kebiasaanmu. Mungkin, seperti Nadya, kamu juga cuma butuh satu meja, satu game, dan satu halaman kosong untuk mulai menemukan kembali dirimu sendiri.